Mengapa Orang Tionghoa Lebih Senang Tinggal di Ruko?

ruko.jpg

(Update! Setelah 10 tahun berjalan di desktop akhirnya sejak 1 Januari 2017 MyFamily Accounting merilis aplikasi pengelola keuangan keluarga untuk versi Web dan Android secara gratis! Register sekarang di www.cashoop.com)


Coba deh kita perhatikan di pinggir sepanjang jalan, pasti berderet bangunan berbentuk Ruko (Rumah Toko) atau Rukan (Rumah Kantor). Ruko dan Rukan dapat digunakan untuk berdagang/bisnis sekaligus tempat tinggal. Berbagai macam jenis dagang/bisnis yang dilakukan, mulai dari sembako, bahan material, rumah makan, toko komputer, dll. Namun, ada satu hal yang sangat menarik perhatian kami yaitu hampir mayoritas yang memanfaatkan/memiliki Ruko/Rukan tersebut adalah para pedagang/orang Cina Tionghoa.

Fenomena ini yang patut kita pelajari, mengapa orang Cina Tionghoa lebih senang tinggal di Ruko/Rukan?

Dari sini lagi-lagi kita harus mengacungi jempol dengan budaya dagang/bisnis orang Cina Tionghoa terutama dengan kecerdasan finansial mereka. Kita tahu selama ini orang Cina Tionghoa, selalu hidup hemat, disiplin dengan keuangan, dan rajin menabung. Ketika mereka membeli sesuatu yang mengakibatkan uang yang keluar dari kocek, pasti sudah dipertimbangkan masak-masak dampaknya di kemudian hari terhadap keuangan mereka secara keseluruhan.

Termasuk juga dalam hal memilih tempat tinggal atau rumah. Perhatikan saja seberapa banyak Anda melihat sebuah keluarga Cina Tionghoa yang tinggal di rumah kontrakan? Sepertinya sudah menjadi budaya mereka bahwa bila mereka masih dalam merintis bisnis, apa pun akan mereka lakukan agar bisa membeli sebuah Ruko, agar apa? Agar mereka bisa berdagang/bisnis, bisa menjadi tempat tinggal, sekaligus menjadi salah satu investasi properti mereka! Di sinilah kecerdasan mereka!

Selanjutnya bila uang mereka sudah cukup barulah mereka membeli rumah pribadi. Akibatnya apa? Sungguh mengagumkan, setelah bertahun-tahun berdagang/bisnis dan hidup di Ruko/Rukan, mereka berhasil membuat rumah, lihatlah berarti kekayaan properti mereka bertambah dong selain Ruko/Rukan tersebut lalu rumah yang telah mereka miliki. Pernahkan kita membayangkan itu?

Bandingkan Dengan Kita

Harus kita akui, bahwa untuk soal yang seperti di atas memang jauh dari budaya masyarakat kita. Masyarakat kita kebanyakan menganut paham kemapanan dan kenyamanan. Coba perhatikan, setiap kali kita memiliki uang dalam jumlah besar pasti pertama kali yang terfikir dalam otak kita adalah untuk membeli kendaraan, dan membangun rumah pribadi untuk tempat tinggal. Agar bisa hidup dengan nyaman dengan keluarga. Memang ketika kita membeli rumah, otomatis kita sudah menabung kekayaan berupa properti. Tapi, dari segi kecerdasan finansial ada satu tingkatan kecerdasan lebih tinggi lagi yaitu apa yang dilakukan oleh orang Cina Tionghoa seperti pembahasan kami di atas.

Bagaimana, merasa tertantang?

*****

 

About MyFamily Accounting

Blog ini didedikasikan khusus untuk membahas lengkap tentang pengelolaan keuangan keluarga secara profesional. Selain itu juga dibahas juga produk software/piranti lunak MyFamily Accounting a.k.a Cashoop asli buatan anak negeri yang sangat membantu dan memudahkan seluruh keluarga dalam mengelola keuangan keluarganya. Sehingga hadirnya blog ini selain memberikan ilmu tentang manajemen keuangan keluarga, juga ada alat pendukung dalam praktek mengelola keuangan keluarga tersebut. Langsung coba aplikasi versi Web & Android secara gratis di www.cashoop.com. Semoga literasi finansial masyarakat Indonesia terus dan semakin meningkat..! Terima kasih Email : ardian2007@gmail.com
This entry was posted in Bisnis, Fenomena, Kecerdasan Finansial, Keuangan Keluarga. Bookmark the permalink.

102 Responses to Mengapa Orang Tionghoa Lebih Senang Tinggal di Ruko?

  1. nnay says:

    bagus juga artikelnya tuh…
    salut dah buat orang yang ada kepikiran semacam itu…

    Like

  2. dwi Yanto says:

    wow, it’s cool !! memang jiwa mereka dalam dunia bisnis patut kita teladani .

    Like

  3. sisca79 says:

    Hmm… Analisis yang bagus. Bukan dari segi ruko saja, masih banyak hal yang lainnya.Kalo warga thionghua berani kerja lebih dari 8jam sehari , 7 hari dalam seminggu.Merasa tertantang juga ? Harus dong.

    Like

  4. MFA-WP says:

    #dwi Yanto
    Memang budaya dagang orang Cina sudah mendarah daging dan secara turun temurun. Sehingga sudah menjadi semacam adat kebiasaan. Mungkin bagi kita warga Pribumi perlu ada semacam gerakan massif di generasi kita agar mulai membudayakan hal seperti itu…

    #sisca79
    hmmm… tambahan spirit yang sangat membantu. Betul juga etos kerja orang Tionghoa juga berbeda dengan orang Pribumi. Kapan-kapan saya akan bahas deh… Trims.

    Like

  5. evelyn pratiwi yusuf says:

    Hay salam kenal.
    PERTAMA SAYA TIDAK SETUJU ANDA GUNAKAN KATA_KATA ORANG CINA! APA ANDA SUKA KALAU SAYA PANGGIL PRIBUMI? TENTU TIDAK BUKAN?! 😉

    Nah siapa bilang orang mereka suka tinggal di Ruko? Banyak juga yang tinggal dirumah sendiri dan tidak kontrak.
    Mungkin yang harus ditekankan disini bukan kenapa banyak dari mereka tinggal diruko tapi mungkin etos kerja mereka. Begitchu. 🙂

    * maaf kalau kalimat saya yang pertama menyinggung perasaan anda tapi tolong tinggalin deh rasis meski dalam postingan. 🙂 *

    Like

    • Dimas says:

      Kayaknya bukan rasis, itu termin, tergantung cara baca nya. Si penulis tidak mendiskreditkan suatu suku, dia malah mengangkatnya dengan baik. Hindari kesewotan yuk 😊

      Like

    • sandi says:

      lebay ah. saya orang cina. klo disebut orang cina, santai2 aja. kenapa seh disebut orang cina gak mau, tapi maunya disebut orang tionghoa ? sama aja kale. klo situ gak mau disebut orang cina, tapi situ orang cina, apa gak aneh ? krisis percaya diri ya ?
      note : saya juga orang cina ya.

      Like

  6. Awi says:

    Sebenarnya semua orang mempunyai budaya yang bagus cuma dalam penerapannya yang kadangkala menyimpang dari yang diwariskan turun temurun setiap generasi.

    Tergantung bagaimana setiap individu yang menyikapi serta menyaring budaya-budaya yang sudah ada yang disesuaikan dengan kondisi geografis,sosial,dan pertimbangan yang lain….

    Like

  7. bobby says:

    wah, baru tahu ide yang kayak gini…
    sayangnya saya lom mulai bisnis euy…
    sip2 thx… ditampung deh ilmunya…

    Like

  8. MFA-WP says:

    #evelyn pratiwi yusuf
    Sebenarnya saya juga sempat kefikiran apakah penggunaan kata orang Cina dapat menimbulkan sedikit “kontroversi”. Tapi karena konteks tulisan saya di sini bukanlah mengenai masalah rasis yang menjurus ke negatif, melainkan lebih pada komunitas budaya, maka saya fikir tidak menjadi soal. Di tambah lagi tulisan ini dengan tulus mengagumi dan mengapresiasi positif budaya/perilaku masyarakat/orang Tionghoa/Cina. Tetapi oke lah kalau masih ada yang tetap tidak berkenan. Perkenankan lah saya mohon maaf dan tolong saya dikasih tahu istilah kata yang tepat.

    Anda katakan: “Nah siapa bilang orang mereka suka tinggal di Ruko? Banyak juga yang tinggal dirumah sendiri dan tidak kontrak. Mungkin yang harus ditekankan disini bukan kenapa banyak dari mereka tinggal diruko tapi mungkin etos kerja mereka. Begitchu. :)”

    Memang tentu tidak 100% masyarakat Cina/Tionghoa memilih tinggal di Ruko begitu juga tentu gak 100% mereka senang bisnis, tapi penekanan saya adalah mereka lebih memilih tinggal di sana karena ingin sambil bisnis/dagang, ya kan?

    Like

    • Dimas says:

      Your article is superb!

      Like

    • hazel says:

      Setuju evelyn, orang cina bukannya seneng tinggal di ruko, tapi karena terpaksa tinggal di ruko karena belum mampu beli rumah yang lebih nyaman. Dengan tinggal di ruko mereka bisa lebih irit karena tidak usah sewa rumah terpisah dengan tempat usaha. Kalau sudah terkumpul uangnya baru beli/sewa rumah terpisah. Untuk sebutan cina, nggak usah pusinglah, harus bangga kalau dipanggil cina, jangan kayak sebagian orang yang ngaku pribumi, jelas jelas keturunan cina, pake baju cina, tapi nggak mau ngaku.

      Like

      • darwin says:

        Cina itu di rrc dan klo yg turunan itu ktp sudah wni,lbh tepat dikatakan tionghoa.pakaian dan atribut itu semua hanya budaya,semua suku jg punya budaya turun temurun.nasionalis tionghoa itu cukup tinggi,sebagian besar org tionghoa bayar pajak.

        Like

    • darwin says:

      Artikel mas sgt memotivasi,hanya saja sebutan cina kurang tepat,karena saat ini bkn orba lg,dimana msh ada golongan tertentu dan dibedakan dari ktp.kalo saat ini kita blg cina tp klo diliat ktp sudah wni,utk cina turunan bedakannya dgn sebutan tionghoa.bagaimana dgn tionghoa yg mengharumkan nama bangsa ini,apakah pernah dikatakan “si cina”? So,saya pikir krg tepat saja tp saya mengerti mksd mas bkn diskriminasi dan saya menyukai artikel mas,hanya perlu sdkt editing dan sekali lg ini hanya saran dan hak anda yg menulis.trims,salam indonesia maju!

      Like

  9. jengwoelan says:

    Mungkin kelemahan kita ini adalah merasa ‘priyayi’ sehingga malu bila bekerja keras, dan lingkungan kita juga ga banyak mendukung kita untuk berakit-rakit kehulu bersenang-senang kemudian, karena pasti kita dikomentari : Pelit
    Salam kenal

    Like

  10. dienna says:

    Orang Cina Tinggal di Ruko?

    ahh… biasa
    memang mereka pendatang
    kalau pribumi kan dari turun-temurun
    Kalau orang kita tinggal di luar negeri, ya…seperti itu di apartemen , jika sudah mapan baru beli rumah.

    Saya kira itu alamiah….
    Tidak perlu diteorikan begini-begitu…
    Yang mengarah mengada-ada…..agar dapat ditulis kali… 🙂
    Selama orang itu positif thinking dan menghilangkan prasangka buruk…..biarlah Tuhan Yang Mengatur Kita.
    OK..?

    Like

  11. MFA-WP says:

    #dienna

    Kalo konteks sebagai pendatang dan orang tempatan menurut saya it’s ok. Tapi yang saya tekankan dalam tulisan ini, adalah budaya dagang/bisnis mereka plus strategi finansial dan investasi mereka ke depan itu lho… 🙂

    Like

  12. Wage says:

    Tidak harus orang keturunan China yang suka tinggal di Ruko
    Saya pribumi tulen juga pengen tinggal di Ruko.
    Sayang harga ruko lebih mahal dari rumah biasa, yang letaknya tidak dipinggir jalan.jadi kebanyakan kita ambil amanny aambil rumah kalau harus kredit (KPR) yang sesuai dengan kemapuan finansial kita.
    Karena mereka berani berhemat, jadilah Rukop ruko itu tempat tinggal kebanyakan orang non Pri

    Like

  13. dienna says:

    Budaya suatu rumpun tertentu, lahir dari dalam individu-individunya dengan di poles oleh lingkungannya.
    Kita tidak dapat “memaksakan” suatu budaya diadopsi oleh rumpun lain,
    setiap individu punya karakter dan garis yang diberikan Yang Kuasa.
    Budayanya dipelajari dan diambil segi positifnya- bolehlah…, tetapi dari segi individunya sendiri apakah sesuai? Karena karakter atau faktor alamiah yang diberikan oleh Tuhan, manusia sendiri tidak bisa mengubahnya, kecuali kalau ingin hidup dalam tekanan (stress)! 🙂 😉 OK…? Saya ingatkan lagi setiap individu (rumpun) mempunyai karakter masing-masing dan itu ada plus dan minusnya. Gak usah delok kono delok kene, delok’en awakmu dewe! Kelebihan-kelebihan yang ada pada diri kita atau rumpun kita.
    Semua pasti ada kelebihan dan kekurangan. itu pasti! OK..?;-) 😉

    Like

  14. MFA-WP says:

    #dienna

    Tapi kita jangan lupa juga, kadangkala untuk menjadi sukses itu harus juga mengubah atau bahkan “menghancurkan” sifat yang menjadi penghambat kesuksesan itu 🙂

    Like

  15. ayahrizki says:

    Tulisannya menantang..
    Jadi pingin punya ruko juga euy..gimana caranya ya…?

    Like

  16. evelyn pratiwi yusuf says:

    Istilah yang tepat sampai saat ini untuk orang keturunan Cina menurut pendapat saya pribadi saya juga nggak tau. Dibilang warga keturunan juga repot ya, soalnya kita lahir di Indonesia, tinggal juga disini. 🙂
    Ya memang repot dan susah kalau bicara hal itu.
    But permintaan maaf anda oke2 kok 🙂
    So.. bener si pengen dagang juga sambil punya rumah sekaligus tempat ngantor, tapi juga mungkin mereka bisa irit, karena harga ruko kan murah dibandingin harga rumah. Nah uang sisa,lagi2 bisa dimanfaatin untuk usaha. 🙂
    Keep blogging guyz…

    Like

  17. MFA-WP says:

    #evelyn pratiwi yusuf

    Anda bilang : “…soalnya kita lahir di Indonesia, tinggal juga disini…”.

    Berarti benar dugaan saya, Anda seorang warga keturunan Cina kan. he..he.. 🙂
    Trims atas apresiasinya ke blog saya…

    Like

    • Aree says:

      Saya suka dengan artikel ini. Memang begitu berharga sebuah pelajaran walaupun terlihat sepele. Saya pun seorang keturunan cina. Bagi saya tidak ada hal yang perlu diperselisihkan mengenai penyebutan orang cina dan semacamnya. Memang demikianlah faktanya dan saya merasa juga terstimulasi dengadan adanya pembahasan di dalam artikel ini. Salut untuk sang penulis artikel ini ! Mantap !

      Like

  18. Junarto says:

    Saya sendiri warga keturunan: Keturunan Jawa. Ada sahabat saya keturunan Sunda. Jadi saya pikir mayoritas penduduk Indonesia warga keturunan kan?

    Like

  19. MFA-WP says:

    #Junarto

    He..he.. betul juga kali ya, walaupun masih dalam scope keturunan lokal. Tapi yang menjadi pertanyaan mereka punya kultur dagang/bisnis yang melekat kuat gak kayak warga keturunan Tionghoa? Ini yg perlu kita jawab

    Like

  20. alifaiq says:

    Wah..2x setuju-setuju mereka (baca: warga keturunan cina juga sodara kita) di kampung saya rata-rata memang lebih banyak bermukim di ruko tak tanggung-tanggung sepanjang jalan protokol kanan-kiri. 🙂 salut deh..
    Pola pikir yang berlawanan dengan kami (baca: warga pribumi juga sodara mereka) lebih memilih memiliki tempat tingal pribadi itupun tidak berhadapan langsung dengan jalan protokol, barang kali kalo punya tanah di sekitatr jalan protokol malah akan dijual karena nilai ekonomis yang tinggi kemudian beli tanah yang jauh dari keramaian dengan asumsi harga tanah/bangunan lebih murah…

    Like

  21. MFA-WP says:

    # alifaiq
    ya itu tadi, karena budaya masyarakat kita lebih senang hasil jangka pendek, kenyamanan dan kemapanan (terutama secara instant he..he.. 🙂 )

    Like

  22. Kamaruddin says:

    Saya bekerja di media. Memang istilah “Cina” seperti agak negatif karena term tersebut sengaja diciptakan oleh rezim orde lama dan dikondisikan untuk memisahkan warga pendatang dan asli. Di media kami cenderung menggunakan “Tionghoa” atau kalau terpaksa sekali (dalam keadaan tertentu) kami tambahkan “etnis Tionghoa” (walaupun sebenarnya tidak begitu etis). Untuk China kita menyebutnya sebagai “RRC” dan orang RRC sebagai “orang Tiongkok”. Saya yakin seyakin2nya, blog ini tidak bertujuan untuk rasis. Karena jika rasis, Matt mungkin sudah “membredelnya” 😦 Mungkin ini sebagai masukan saja. Mohon maaf jika tidak berkenan.

    Mengenai orang tionghoa yang lebih memilih ruko di pinggir jalan berdebu, bising dan ramai lalu lalang yah tadi… faktor bisa menjadikannya bisnis. Dan karena rumah adalah investasi terbesar biasanya orang tionghoa akan sangat picky dalam memilih ruko. Sebagai mantan agent property, untuk menjual rumah kepada orang tionghoa jauh lebih sulit daripada yang lain. Lihat 10 ruko belum tentu jadi 1 🙂

    Soal kerja keras, orang tionghoa sama persis seperti etnis lain di dunia. Sama-sama pekerja keras. Namun satu perbedaan dari orang tionghoa adalah memiliki prinsip “belanjakan separuh dan simpan separuh”. Mereka akan “menderita” dahulu makan bubur/bihun/nasigoreng sederhana tanpa lauk bertahun2 atau menunda barang nonproduktif demi tujuan akhir. Sebagai contoh jika mereka mendapatkan THR/share/keuntungan bisnis maka separuhnya akan disimpan untuk pengembangan bisnis atau keperluan lain.

    Like

  23. MFA-WP says:

    # Kamarudin
    Terima kasih atas masukan dan tambahan informasinya. Apa yang mas Kamarudin katakan benar adanya. Bagaimana nih peran media agar dapat mentransformasi/mensosialisasikan budaya mereka tersebut ke masyarakat kita. Ada usulan ?

    Like

  24. Jadi permasalahannyakarena “Cina” yg diomongin, nih! kalau saya koq nyantai2 aja walau saya keturunan Cina, ya? hahaha…
    Kalau begitu, seharusnya pakai kata “WNI Keturunan tertentu” saja, kan lebih enak karena tidak menjurus kepada salah satu etnis
    Lagian saya kerja sebagai PNS, lho! kurang Indonesia apa, coba? Yg penting, sebenarnya inti dari tulisan tersebut adalah memperhitungkan dg masak2 aset yg ditukarkan untuk kepentingannya di masa datang secara keseluruhan, selain etos kerjanya yg tinggi (lha, dimana2 kalau mau sukses ya begitu itu
    Eh, saya nggak 100% Cina, lho… Papa saya org Jawa, Mama saya Cina

    Like

  25. MFA-WP says:

    # Aldebaran Chandra
    Boleh dong mas sekali-kali sharing suka dukanya menjadi warga keturunan Cina/Tionghoa, eh… WNI keturunan 🙂

    Like

  26. papabonbon says:

    kata suku tionghua lebih jamak dipakai dan politically correct dewasa ini. mungkin harus lebih disosialisasikan yah …

    Like

  27. Andry Octo Arisandy says:

    Semuanya bener…….semuanya saling belajar………..mengapa kita tidak meniru bangsa malaysia memajukan berbagai etnis…harusnya ada program 500 pengusaha baru tiap tahun…(atau berapapun jumlahnya)…buat satu INDONESIA.Lupakah kita “tuntutlah ilmu sampai ke negeri china!” kenapa tidak ke negara lain???

    Like

  28. Diana says:

    Saya dulu pernah ngontrak di perumahan yg rapih, teratur, dan dalam cluster. Yg punya rumah adalah WNI keturunan Tionghoa. Dan bener sih, dia lebih memilih tinggal di ruko untuk bisnis orderdil mobilnya di Sunter, sedangkan rumah2 yg dia beli diperumahan dia kontrakan. Mmm…. saya jd malu krn jiwa bisnis saya tidak spt dia (padahal saya orang padang, harusnya jiwa bisnisnya kuat jg yah hehehe) …. tertantang? jelas… tp begitulah, masih ttp buruh juga nich, jd pegawai yg cm nungguin gaji tiap bulan 🙂
    Kl liat ruko, suka bilang sama suami, tinggal diruko yuk, dan suami cm bilang “ngapain???” …. buat dia, rumah hrs jauh dr kebisingan, rapih, dll
    ternyata, lingkungan terdekatpun tidak mendukung 🙂
    Satu lagi, kl bulan depan THR atau Bonus akan masuk, pasti dipikiran saya mau dibelanjakan untuk produk2 konsumtif bukan produktif 😦

    Like

  29. kammal says:

    hmmm… wacana yang bagus nih makasih yah informasinya. emang klo wrga tionghoa/ warga indonesia yang memiliki jiwa pedagang yang hebat, salut deh ma mereka but kenapa ya kita gk berpikir seperti mereka selama ini (Mind set) klo berbisnis dan usaha dapat memberikan ilmu sekaligus pendapatan yang lebih. Oh ya ad komentar utk wrga tionghoa/ gk deh tetep dia warga indonesia yang lahir di indonesia (warga yang ingin menginginkan kenyaman dan persaudaraan) dan utk warga kita tetap semangat ya utnk mengambil ilmunya yee…………..

    Like

  30. M_FU says:

    emang bnr >??? orang indonesia tu kbanyakan cuma mau hasil dan tanpa proses……!!!!!!

    Like

  31. slamet says:

    … Termasuk juga dalam hal memilih tempat tinggal atau rumah. Perhatikan saja seberapa banyak Anda melihat sebuah keluarga Cina yang tinggal di rumah kontrakan? …

    Banyak pak, jutaan kali jumlahnya ditempat saya saja ada 568 kepala yang tinggal di dormatory di dalam pabrik! Dan mereka saya lihat tidak ada terlintas pikiran untuk memulai bisnis sendiri, yang ada cuma pindah kerja yang gajinya lebih tinggi.

    Satu lagi, anda pernah ke Singkawang? Pernah lihat langsung bagaimana kehidupan mereka & etos kerja mereka?

    Heheheheh …
    Saya ada di Shenzhen, buruh pabrik disini semua etnis china.
    Jadi menurut saya jangan dipandang etnisnya tapi lebih pada sisi minoritasnya yang menjadi landasan kekuatan etnis di Indonesia …

    Like

  32. Ifan says:

    Ya sekali kali datanglah ke medan, anda akan tahu seperti apa orang cina itu. Pada umumnya mereka tidak akan sudi bergaul/bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya di luar etnis cina.

    Like

    • arwin says:

      Harusnya anda mencari tau dan saya pikir pun mgkn anda sdh tau tp tetap jg menyalahkan si tionghoa.klo menurut perhatian saya warga tionghoa disana sgt didiskriminasi dlm segala hal dan tionghoa adalah lahan basah.seharusnya kita semua bisa saling merangkul dan mengerti,salam satu indonesia!

      Like

  33. andrian says:

    alah kenapa takut sih sama istilah orang china. Sok banget! kalo mau panggil pribumi juga gakpapa. Sam halnya kayak nyebut orang jawa, orang batak, orang sunda.gak papa lah! RRC bukannya singkatan dari republik rakyat china. Kalao kata gw sih orang cina bisa maju karena faktor turunan dan memang solidaritas dlm keluarga tinggi. orang cina gak sungkan buat nerapin praktik nepotisme dalam bisnisnya. liat aja kenyataan.banyak bisnis cina yg dibangun dlm sistem kekeluargaan, maksudnya semua anggota keluarga, mulai dari bokap, nyokap, adik, kakak, tante,om bisa aja berbisnis dalam satu manajemen atau dalam satu kantor. Orang cina kalo udah kaya gak sungkan2 buat ngebuka jalan bisnis untuk anak2nya atau sodaranya. Orang cina menang modal karena emang hartanya turun temurun. Contoh orang cina beli ruko, ya itu contoh orang kaya. Gw orang jawa kalo duit gw ratusan juta jg gw mau banget beli ruko trus jalanin bisnis. Orang cina gak usah terlalu di sorot terlalu berlebihan. orang cina, orang jawa, orang batak, dan orang2 dari etnis atau dari suku2 yg lain sama aja. mereka bisa maju dan bisa ngelola keuangan kalo ada kesempatan. Soal semangat dan etos kerja pun sama aja. Orang cina juga banyak yg kerjanya gak becus dan malas2an. Tapi mereka tetap bisa jalanin bisnis karena ada orang2 pribumi yg punya etos kerja yg baik di dalam perusahaan mereka. Jadi orang cina jgn sombong, ya. Di balik kesuksesan orang cina, ada tetes keringat orang2 lain juga yg bukan cina!

    Like

  34. andrian says:

    Wacana yang dibangun buat mengagung2kan orang cina dalam hal etos kerja dan kecerdasan berbisnis 10 th terakhir ini, sepertinya campaigne dari kebangkitan orang cina di Indonesia. Kita bisa liat begitu banyak wacana ttg hal ini dan intinya sama : mengangkat image orang cina dgn etos kerja mereka sekaligus -dgn secara halus- memposisikan orang2 di luar etnis cina di negeri ini dibawah etos kerja mereka. Jadi akan sering terdengar : “wajar pribumi gak maju, gak bisa bisnis, karena pribumi : males dan bodoh!” dan itu sama sekali gak bener. Buka mata, dan buka hati…realistis dan proporsional saja lah melihat permasalahan.

    Like

  35. Mampu menunda kenyamanan

    Like

  36. yohan says:

    Yup, saya orang keturunan tionghoa, tapi saya dari kecil bergaul dengan pribumi (sering di kucilkan dan sering tidak di temenin 🙂 hehehe…tapi gak pa pa).

    btw…..
    saya juga baru tau akhir2 ini kalau mau cepat maju dan berkembang asset kita maka kita harus berani buka usaha dengan membeli ruko.
    that’s right.

    soalnya disamping usaha itu bikin kaya, rukonya itu juga pasti makin naik harganya.

    jadi rukonya itu jangan di lunasin!!!!!

    that’s right again. di sekolahin kata mentor2 saya (yang bukan orang keturunan tionghoa).

    disekolahin ke bank.

    cukup dulu deh……
    ntar sambung lagi.

    Like

  37. yohan says:

    masalah orang cina etos kerja dan prinsipnya diagung2kan atau tidak, terasa tidak ada orang cina yang berkata seperti itu. tapi biar masyarakat yang menilai sendiri.

    jadi tidak usah sewot pak andrian.

    wekekekekek…..

    Like

  38. ina says:

    memang betul, aku jadi pengin beli ruko. makasih ya.. informasinya.
    http://www.habibah.info

    Like

  39. boss says:

    andrian sayang !!jgn cemburu dong? siapa yg bilang pribumi malas!! kalau bicara pikir dulu !jgn asal bicara dgn emosi ! semua manusia sama.wlah andrian ni.

    Like

  40. hansyah says:

    Memang kenyataannya sekarang orang china keturunan ( tioghoa ) kebnyakan sukses dengan bisnisnya. Analisa bisnis mereka sudah terencana dengan matang dan mendapat dukungan penuh dari komunitasnya, termasuk ruko.
    dari kaca mata bisnis, memang ruko bagi mereka merupakan instrumen untuk mencetak uang sekaligus sebagai tempat tinggal. jadi sejalan dengan prinsip ekonomi secara teoritis.
    Mereka pintar menterjemahkan teori bisnis ke dunia nyata, sehingga kebanyakan mereka berhasil dalam bisnisnya.
    untuk itu, mari kita belajar dari mereka, dan jangan iri melihat keberhasilannya.

    Like

  41. Deby says:

    Menurut saya itu hal yang wajar Mas, sebab mereka adalah para pendatang. Sebagai pendatang mereka harus hati2 dalam bertindak karna akibatnya akan sangat fatal!….
    Sebagai contoh, orang jawa yang merantau ke daerah saya( kalimantan) bekerja di tambak ikan bandeng, mereka sudi/rela tinggal di rumah gubuk, karna mereka belum mampu membeli rumah, Tapi apakah harus orang2 di daerah saya membuat gubuk untuk t4 tinggal padahal sudah ada rumah??…
    Tapi tak jarang orang di daerah saya t4 tinggalnya yang agak jauh dari tambak ikannya jauh dari juga membuat gubuk… Jadi bukan orang china saja, indonesia banyak juga donk!
    Saya jujur tidak terima karna saya orang Indonesia, indonesia rumahku, Aku tidak mau ada orang yang mengejek para keluargaku.
    Coba anda lihat ke negeri china? Apakah orang china yang tinggal di negaranya juga lebih banyak yang menempati ruko/rukan atau rumah pribadi? Maaf jika kata2 menyinggung perasaan Mas/Bapak, saya hanya ingin mengargumentasikan pendapat saya saja, sama seperti Bapak. Salam hangat.

    Like

  42. Mbah Galih says:

    Adik-adik semua. Siapa sih yang bisa ngeklaim PRIBUMI ato NUSANTARA ASLI? Pada jaman pra-sejarah luama banget sebelum jaman es, siapa yang tau, bangsa mana yang tinggal di daerah yang kemudian jadi teritori politik INDONESIA?

    Yang Jawa tulen kayak saya, siapa tau nenek-nenek-nenek-nenek moyang saya dulu datang dari DONGSON atau Vietnam sekarang. Jadi jangan liat dari KULITnya. Kita jadi rasis dan ketinggalan jaman donk. Apalagi hanya ribut istilah…

    Persoalkanlah: SIAPA ANAK NEGERI PERTIWI ini? Ialah putera negeri yang PENUH PEDULI pada NASIB SESAMANYA, PENUH PRIHATIN pada penderitaan rakyat kecil dan pedih ketika tahu ALAM NEGERINYA RUSAK. Dan yang lebih penting yang RELA BERJUANG untuk PERBAIKAN NEGERI INI.

    Mbah banyak teman keturunan Cina, Arab, ato Belanda tapi NASIONALISME KEINDONESIAANYA jauuuh melebihi yang kulit sawo matang! Untuk saya dialah PUTERA NEGERI yang sah! Yang tak mau peduli nasib negeri ini, meskipun dia hitam sawo matang keriting keturunan Jawa, Madura, Ambon ato Papua, bukanlah anak negeri NUSANTARA PERTIWI. Dia pasti sejenis BENALU belaka.

    Jadilah ANAK NEGERI PERTIWI Indonesia, tanpa pandang bulu kau keturnan apa, dan hiduplah rukun bro. Jangan mau diadu domba. Negeri ini menanti peluh, bahkan darah juang generasi muda!

    Like

  43. audrey says:

    tuh hanya satu pilihan yg masih mungkin diraih dgn memeras otak mengucurkan keringat n meneteskan air mata,tidak ada yang mudah. ingin ambil bagian lain masih jauh panggang dari api

    Like

  44. fif2 says:

    Terima kasih buat artikel ini. saya senang dengan berbagai artikel singkat yg bisa meghemat waktu utk di baca.
    mo ngeralat sedikit di artikel ini, kayanya ga semua orang keturunan chinese bisa berhemat, atau menyimpan uang dengan baik. apalagi dengan generasi seumuran sekarang yang hidupnya lebih enak.

    saya warga keturunan tionghua. orang tua selalu berucap mencari uang susah, tapi mereka selalu memberi uang tanpa mengajari saya untuk mengelola keuangan yang benar. sehingga di umur 30 tahun ini, saya harus kembali belajar lebih banyak tentang cash flow dari artikel ini, atau artikel artikel lain di internet atau membaca buku di toko buku.

    waktu kecil di SD, smp, malahn pelajaran akunting lebih ribet dari jaman jaman anak smp sekarang. ini mengakibatkan mindset saya bahwa mengelola keuangan sangatlah menakutkan.

    waktu kecil sekolah tidak pernah mengajari cara mencari uang, tidak pernah mengajari cara kebiasaan untuk mencatat uang jajan. semoga di jaman sekarang ada pendidikan untuk mengelola keuangan secara disiplin dengan cara yang menyenangkan untuk generasi anak anak sd .
    saya rasa, kebiaasaan kebiasaan kecil ini yang membuat banyak orang indonesia keturunan ataupun tidak menjadi miskin pengelolaan managemen keuangan. orang menjadi miskin karena tidak bisa mengatur keuangan. orang bisa menjadi kaya, karena dia bisa mengontrol keuangan pribadi secara disiplin dan berani untuk berinvestasi.

    sekali lagi terima kasih untuk artikel singkat. saya juga bertanya, apa ada artikel secara gamblang yang menjelaskan tentang bagaimana cara menyusun angaran 3 bulan mendatang untuk home industry kecil? anagaran biaya dan angaran pengeluaran? saya masih binggun dengan itu.

    Terima kasih

    Like

  45. ACHSANT says:

    sdr, sdri sekalian !……….
    banggalah pada diri, kemampuan dan keyakinan yang kita miliki. sesungguhnya untuk kita yang muslim jauh berabad abad yang lalu telah disyariatkan bahwa untuk menggapai dunia, bisnis adalah jalannya.mengenai etos kerja islam telah mengajarkan maka bertebaranlah dimuka bumi untuk menjemput rejeki yang telah di berikan Alloh.

    Like

  46. aras says:

    ingat bhineka tunggal ika yah…

    Like

  47. ananda says:

    memang budaya kerja keras yg harus kita tiru kalo kita mo maju sprti maaf orang2 WNIketurunan itu.lihat saja contoh sprti budaya krj yg di miliki rakyat jepang ato korea selatan yg sangt keras dlm bekerja ga pernah bisa nyantai . masalah yg banyak di hadapi orang2 indonesia usia produktif adalah tidak bisa menciptakan lapangan kerja dan sulitnya lapangan pekerjaan bagi mereka saya pernah bekerja dengan orang cina ato orang asing lain dan saya kira orang kita jg ngak kalah dlm urusan kerajinan dan keuletan. tapi di negara cina sendiri di daerah perkotaan mereka lebih suka tinggal di apartement dr pd di tempat dagang ato bisnis mereka. jadi mungkin mereka yg tinggal di ruko karna alasan keamanan . dan bg kita yg paling penting belajar dr etos budaya kerja keras yg di miliki orang2 wni keturunan. jd kita mo tinggal di mn aj saya kira yg paling penting semangat bekerja n keuletan kita .

    Like

  48. iwakhiu says:

    Kebanyakan masyarakat Indonesia adalah mental pekerja dan bukan mental pengusaha. kok bisa? coba kita sama2 melihat diri kita terhadap pandangan dibidang pendidikan, pada umumnya para orang tua dan si anak itu sendiri dalam mencari sekolahan/PT pasti yang dilihat atau referensi yang ingin didapatkan adalah bagaimana prospeknya setelah lulus dari sekolah/PT tersebut dapat mudah/cepat mendapatkan pekerjaan dan bukanya bagaimana sekolah/PT tersebut dapat menciptakan calon2 pedagang, pengusahawan, wiraswastawan …dll yang mana mereka dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru. Dan parahnya lagi PTS-2 kalau mempromosikan setali tiga uang. Yah kalau sudah begini sulit untuk bisa maju.

    Like

  49. jhon alfred says:

    salam kenal…….
    bagus artikelnya, saya tertarik……

    Like

  50. firnazideco says:

    Wah..rame ya tread ini,semua masalah etnis,saya asli putra daerah Kalbar Rumpun Melayu dari Pontianak kami tinggal berdampingan dengan semua etnis,wakil gubernur kami orang Tionghua,walikota kotamadya Singkawang Orang tionghua,bupati Kabupaten landak Orang tionghua….semuanya adem ayem,masalah keberhasilan hidup bukan dari Etnis atau tinggal di Ruko,saya seorang developer yang banyak membuat Ruko dan Rumah,semuanya sama banyaknnya…perbedaan yang berhasil dengan tidak adalah kepercayaan diri kita akan sebuah sukses itu yang utama,masalahnya Orang-orang Tionghua telah Start lebih awal dibanding kita yang masih percaya untuk sukses adalah menjadi karyawan,mengapa yang di bahas masalah Etnis melulu….lebih baik masalah Jiwa wiraswasta kita mengapa sekarang baru tumbuh itu aja…..

    Like

  51. coki says:

    menurut saya tinggal diruko bagi usahawan / bisnisman itu bagus,, kenapa????
    “Yang jelas begitu bangun tidur, gak pake mandi udah bisa bisnis/usaha/buka toko, gak perlu jalan jauh2, makan tetap dirumah.”
    Apalagi tempat yg strategis, seperti di Mega Mall mau belanja gak perlu jauh2.

    Apalagi Sob,, tambah aja

    Like

  52. chipshin says:

    orang cina hanya akan bicara hanya karena uang.
    orang cina hanya akan kerja bila ada uang
    orang cina hanya akan berdoa supaya cepat dan mudah dapat uang,,,
    jadi…

    dalam urusan uang, org cina tdk mengenal aturan, hukum, tuhan, atau apapun, tp yg dipedomani hanya angka 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 dan rumus 1+1=2

    Like

  53. bhenny says:

    masalah etos kerja dan kecerdasan dalam berbisnis, saya kira orang cina tidak jauh beda dengan orang padang…namun menangnya orang cina hanya pada suntikan ”modalnya”,,dari mana modalnya….sya yakin, klu saja orang padang dikasih modal gede seperti org cina,,,,saya berani taruhan usaha siapa yang paling cepat berkembang dan maju…hehehe.
    tapi ingat,,,tidak sedikit pngusaha cina bersekutu dengan TUYUL untk mendapatkan kekayaan,,,ada persepsi yang mengatakan bahwa sorganya orang cina adalah dunia atau kekayaan,,,dan sorganya orang kita adalah kebahagiaan akherat…
    apagunanya hidup klu dilaknat Allah,,,hikmahnya adalah Jalanilah Usaha itu menurut jalur yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad SAW,,,kita dituntut untuk memiliki etos kerja yg tinggi, jujur dan jangan Pelit…..Cina PELIT lo……

    Like

  54. maz Gono says:

    saya suka dgan prinsip orang cina,saya brbisnis dgn orang cina jg

    Like

  55. dang says:

    tinggal di ruko dan berbisnis darisana ,siapa yang ga kepengen?sayapun seorang pribumi jelas kepengen, tp apa boleh buat sampai saat ini buat uang muka nya saja masih kesulitan………,jadi giman dong?

    Like

  56. Randall Hart says:

    akan tetapi apabila tinggal di ruko baoknya dilengkapi dengan fasilitas yang dapat melundunggi keluarga dari bahaya kebakara

    Terima Kasih untuk informasi lebih lanjut silahkan MELIHAT : http://www.randallhart.com/, tlp:031 853 8830

    Like

  57. maul says:

    tenks boat invony………… kpan ya kita bisa menirunya>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>?????????????????????????

    Like

  58. lisa says:

    kalau ada mobil ,gimana tuch pak kalau nggak ada garasinya

    Like

  59. Gerizal says:

    Interest word

    Like

  60. AHMAD SARONIH says:

    Saya asli betawi, baba dan ema sy dulu pedagang pakaian, sy disekolahkan sampai sarjana semua termasuk 4 saudara sy. setelah lulus sy disuruh dagang aja ga usah cari kerja. kenapa ? kata baba sy kalo lu pengen kaya lu harus dagang. lu pake prinsip dan cara kerja ngkoh a-song (tetangga sy yg dulu pedagang perabot keliling skrng jadi juragan ruko /punya 12 ruko). akhirnya sy dagang pakaian, dan sukses punya toko 2 unit. Namun usaha sy bangkrut total akibat dibakar EXTREMIS pada mei 1998. sedih dan frustasi yg dlm sy buang jauh-2. sy harus bangkit dan mulai lg berusaha “MANJADDA WAJJADDA” dan alhamdulillah kini sy telah punya usaha lg, namun semua itu tidak terlepas dari bantuan moril&materil ngkoh a’an tetangga sy punya usaha kayu.

    Like

  61. arzelo says:

    kita warga indonesia mayoritas suka hidup bertetangga itu sebabnya gk ada tradisi tinggal d ruko.ni samping warnet ane ada ni orang cina cantik lg 😀 tp za itu slalu tertutup kluar klo cuman mw kerja,pulang kerja langsung masuk ruko lg.

    Like

  62. WARAS SUYANTO says:

    Saya, tahun 1993 s/d 1998 saya di medan, dan bekerja sama dengan warga keturunan cina dan juga bekerja sama dengan orang kita, stelah sekian tahun kami bandingkan dalam bekerja ternyata warga keturunan cina DAN ORANG KITA sama sama ulet dan jeli. setelah tahun 1998 saya ke Jakarta sampai sekarang.
    pada tahun 2000 saya sempatkan bermain ke Medan dan bersilaturahmi kepada kedua SAHABAT saya tersebut, setelah saya perhatikan “warga keturunan punya tabungan untuk mengembangkan usahanya, sedangkan orang kita punya tabungan untuk membangun rumah, membeli mobil, motor, kulkas, mesin cuci dll”.
    APA YANG TERJADI, bulan 18 April 2012 saya ke Medan lagi, dan silaturrahmi ke pada kedua SAHAT saya tadi, hasilnya “WARGA KETURUNAN CINA USAHANYA SUDAH BESAR TENTU bisa dibayangkan berarti invesnya BANYAK, sedangkan orang kita tersebut usahanya standar aja, mobilnya udah mulai kelihatan kusam, motor mulai kusam, kulkas udah kusam, mesiN CUCI udah rusak bisa dibayangkan berarti invesnya biasa-biasa saJa kan……….. dan bahkan bisa dilihat kalau invesnya menurun. AJAKAN “KALAU SAUDARA PUNYA USAHA, PUNYA TABUNGAN SEDIKIT, GUNAKAN TABUNGAN TERSEBUT UNTUK MENGEMBANGKAN USAHA SEHINGGA USAHA SAUDARA BISA BERKEMBANG, JIKA SUDAH SAMPAI PADA TUJUAN USAHA YANG SAUDARA ANGGAP CUKUP/BERKEMBANG/BESAR MENURUT SAUDARA, BARU SAUDARA BELI MOBIL, BANGUN RUMAH DLLLLLLLLL, OK SETUJU…………………SMOGA BERMANFAAT…….

    Like

  63. Moh. Helmi says:

    Saya Setuju dengan hikmahnya, terutama di bagian ini :

    “… apa pun akan mereka lakukan agar bisa membeli sebuah Ruko, agar apa? Agar mereka bisa berdagang/bisnis, bisa menjadi tempat tinggal, sekaligus menjadi salah satu investasi properti mereka! Di sinilah kecerdasan mereka!

    Selanjutnya bila uang mereka sudah cukup baru lah mereka membeli rumah pribadi. Akibatnya apa? Sungguh mengagumkan, setelah bertahun-tahun berdagang/bisnis dan hidup di Ruko/Rukan, mereka berhasil membuat rumah, lihatlah berarti kekayaan properti mereka bertambah dong selain Ruko/Rukan tersebut lalu rumah yang telah mereka miliki. Pernahkan kita membayangkan itu?… ”

    Intinya adalah KECERDASAN FINANSIAL : Asset vs Liabilitas, Passive Income, Investasi. Selagi anak-anak sampai usia produktif Belajar apapun (red: sekolah) untuk Mencari dan Mengumpulkan UANG, kemudian Mengelola (belanjakan sedikit saja dari penghasilan untuk Konsumtif, separuh / lebih di Investasikan /keperluan Produktif) untuk mendapatkan Passive Income.

    Passive Income : Penghasilan / pendapatan dari aset kita (Deposito/Rumah yang disewakan/ruko yang disewakan dll) Tanpa kita bekerja.

    Jadi saat usia kita tidak produktif lagi ATAU kita sudah tidak bisa bekerja karena 1 dan lain hal, kita masih bisa makan-minum-belanja-perawatan kesehatan seperti biasa seperti saat kita masih bekerja. Syukur-syukur bisa lebih untuk di pakai hidup yang NORMAL dan POSITIF oleh anak cucu kita.

    KEEP Blogging. Kita Semua BUTUH meningkatkan KECERDASAN FINANASIAL kita untuk Masa Depan yang lebih Baik.

    Salam,
    mohhelmi.wordpress.com | uangdownload.com/15377 | betterarchive.com

    Like

  64. Budrex says:

    Tapi masalahnya harga RUKAN / RUKO lebih mahal daripada RUMAH PRIBADI yang luas bangunannya sama. Soalnya para pengembang tahu kalau RUKO / RUKAN akan dibeli masyarakat karena bisa untuk berdagang, bebeda dengan RUMAH PRIBADI.

    Like

  65. ahui says:

    hari gini masih percaya tuyul…..hehehe…..dasar bhenny blo’on, kalau tuyul ato hal gaib bisa bikin kaya. buat apa kerja lagi…… ngapain capek2 usaha. perkenalkan nama saya ahui.38 thn. kalau mau sukses cuma butuh 4 jurus. itu telah di buktikan saya baru2 ini.(dulu saya sangat miskin)
    jurus itu adalah:

    1. bersyukur dan berbakti pada ortu,atau jgn buat ortu jengkel/ khawatir. (karena surga ada di telapak kaki ibu)
    2. berpikiran bersih, jujur dan berkerja / berusaha untuk membahagiakan orang lain,(anak, istri,ortu, adik kakak ,lingkungan dan seterusnya) intinya jangan bekerja karena napsu untuk kebahagian diri sendiri.
    3. perbanyaklah memberi dgn tidak mengharapkan balasan. (banyak sedekah)
    4. yang terahir. beribadah dgn tulus dan berdoa.

    silakan di praktekan dan buktikan sendiri, saya jamin anda akan bertambah baik di bidang finansial juga di bathin.

    Like

  66. asep says:

    saat saya mulai dagang prinsif saya bahwa saya harus punya tempat dagang dulu yaitu toko bukan rumah dulu, karena saya pikir apabila saya punya tempat dagang maka saya bisa dagang dengan tenang dan bisa beli rumah tapi saya kalau punya rumah dulu dan saya tidak punya pekerjaan maka rumah itu bisa terjual. alhamdulillah setelah menunggu 12 tahun sampai punya anak 5 saya baru bisa beli tanah dan bikin 3 ruko 2 lantai tapi belum punya rumah he…he …intinya hidup ini tidak instant dan akan kelihatan hasil kerja kita itu bukan dalam waktu yang sebentar

    Like

  67. yuyus says:

    to:adrian

    mungkin begini bagi saya sama saja antara turunan dan pribumi dalam hal ber bisnis.kalau anda (adrian)berkata pribumi itu males dan bodoh ANDA BICARA SALAH BESAR…mungkin anda terlalu bergaul dg orang yg tdk bisa berbisnis itu lah sebabnya anda bicara spt itu..kecerdasan sama saja hanya mungkin anda tidak bisa mengambil dari kecerdasan itu.pandai pandailah mengambil celah yg ada…..sekali lagi anda (adrian)SALAH dalam menginterprestasikan sebuah kecerdasan dalam berbisnis.karena saya pribumi cerdas dlm berbisnis….trimakasih

    Like

  68. bluelineasia says:

    Ruko itu lantainya ada tingkat 3 sampai 5, tergantung yg mana, lalu sebenarnya apabila kita tinggal di lantai paling atas, maka 4 lantai dibawahnya adalah tempat usaha kita, mengapa begitu ? karena sebenarnya manusia ada skala ruang, apabila kita tinggal di kamar luas 3×4 meter, maka hendaknya kita harus punya ruang usaha 10x lebih besar dari luas tersebut, artinya 12Meter x 10 – 120Meter2 untuk usaha, untuk itu memiliki sebuah ruko adalah idaman setiap wirausahawan. karena untuk tinggal, tidur, makan, bersantai cukuplah 1 lantai, maka 3 lantai dibawahnya untuk usaha, mau usaha percetakan di lantai1, sewakan kantor dilantai 2, lalu usaha kantor pribadi di lantai 3, dan seterusnya.

    tempat mendirikan usaha pun dan untuk dijadikan PT akan menjadi mudah. hidup gk perlu boros2, yg penting ruko didapat. ruko itu ibarat istana kecil, disana ada rakyat2nya bekerja, dan kami tinggal di atas sebagai raja kecilnya.

    didalam sebuah ruko yang ada 4 lantai, 3 lantai bisa dijadikan ruang usaha, tanpa kemana2, dan ingat , tetangga2 kita adalah ruko juga, kita belajar dan bersosialisasi dengan kantor2 disebelahnya. dan sudah pasti , atm sangat dekat, minimarket juga dekat, mau foto copy gampang, mau kirim jne, dll gampang, mau transaksi puluhan juta pun aman, karena kita tinggal pakai celana pendek potongan gembel, lalu deal di bank sebelah.

    akses internet mudah, diparkiran pun bisa kami usaha jual beli mobil walaupun mobilnya hanya ada 2-3 unit saja.

    mungkin itu pendapat dan pengalaman pribadi saya tentang ruko. Rumah memang idaman kami, namun itu sangatlah panjang perjalanannnya, dan harus transit di ruko dulu

    Like

  69. Dimas says:

    Hai, saya suka dengan artikel ini. Setiap perjalanan saya menuju bandara Soeta, saya melewati kawasan Pecinan dan menyaksikan sederetan ruko bertingkat 3 yang juga berfungsi sebagai rumah tinggal. Yang saya cukup interested to know adalah susunan ruangan di dalamnya, antara ruang makan, tamu, dan ruang tidur-spt apa ya?
    Saya juga setuju statement anda tentang kecerdasan finansialnya.

    Like

  70. wanta says:

    memang harusnya membangun usaha dulu supaya kuat dan aman baru rumah boleh di contoh tuh

    Like

  71. haki says:

    wah di daerah saya yang punya ruko rata-rata org tionghua.. ruko di sni mahal bgt.. kcl2 aja 2m an

    Like

  72. Betul juga,baru ngeh nih..

    Like

  73. tuit tuit says:

    kl sekarang:
    ruko > dibisnisin dan diperkerjakan oleh tenaga kerja operasional
    SOHO > bisnis (rata2 bagian service) oleh tenaga kerja manajerial

    yang paling penting bukan ras apa kita, tapi kepada siapa kita bergaul .. percuma cina kalo temen2nya mental pemalas semua maen mahjong dan tidur2an, tetep kembali lagi ke karakter org tsb

    Like

    • tyo says:

      saya mengapresiasi artikel diatas, ,tapi ada satu falsafah yang tidak boleh kita lupa dari leluhur kita,, “wong jowo ojo ngasi ilang jawane”, orang jawa jangan sampai hilang jawanya,, apapun alasanya Yang Maha Kuasa telah memberikan kelebihan

      Like

  74. Go Han says:

    Saya komentar dikit.. bukan karena ruko orang chinese bisa sukses..

    yang benar itu orang chinese suka membeli ruko karena bagi mereka nilai investasi ruko itu lebih besar dari pada rumah tinggal,

    Soalnya bisa buat investasi dan usaha , sekalian rumah tinggal.. dimana itu.. org chinese berpikir “HEMAT-HEMAT” tidak perlu membeli dua rumah.. tetapi cukup satu saja.. sudah bisa usaha dan utk tinggal.. ( bayangkan saja kalau kalian beli rumah tinggal , kan harus habis uang sewa utk usaha? atau habis modal utk beli ruko / lapak utk usaha ?)

    Setahu saya orang chinese suka hambur-hambur uang terkadang meski mreka gk cukup uang…. tapiiii… sebatas makan… dan minum , soalnya org chinese hobinya makan…. tapi klu utk yang laen ( seperti emas,mobil,motor,baju) terkadang mreka bisa menahan diri… tapi klu utk makan sama minum.. jamin deh gk tahan mereka… lagi miskin dan mahal pun pasti dibeli…

    saya sebagai orang chinese… setahu saya.. kunci kesuksesannya itu terletak di…. ULET , BISA DIPERCAYA , KERAS , Plus PANDAI MENJILAT tak dipungkiri saya sebagai orang chinese mengakui itu.. yang sampai kapanpun susah dipelajari suku lain…

    Prinsip hidup orang chinese : Jangan takut utk menghabiskan uang , yang perlu kalian takutkan itu ketidaktahuan kalian dalam mencari uang…

    Like

  75. Lukman Alu says:

    Bagus tulisannya. Dan lg lg sy tersadarkan. Thx berat bro

    Like

    • jeng says:

      Biasa Aja Lagee pake Kata Cina…. itu tidak RASIS !!!….
      kalo dalam bahasa sehari hari indonesia itu udah biasa…

      Indonesia TiDAK RASIS !! Walau saya bilang anda berkulit Putih atau Hitam…saya bilang anda Cina atau Papua…
      MAsyarakat kita tidak ada pikiran rasis seperti itu…

      Kata Kata RASIS itu berasal dari Barat yang Memang membedakan Ras mereka dengan yang lain contoh Afrika yang mereka anggap berbeda jauh dengan mereka

      Like

  76. ayu says:

    Ini artikelnya oke bngt, tapi kok malah pada adu argumen ya? Basicnya penulis gak maksud beda2in ras kok.. Dan soal argumen klo chinese itu bgini bgtu, itu sih tgantung masing2 orgnya.. Bnyk ko org pribumi yg sombong juga.. Kita semua sama, yg beda cm pola pikirnya.. Penulisnya bijaksana, salut buat penulis dan artikelnya..

    Like

  77. saya orang Jawa dan istri juga orang Jawa
    Istri usaha apotek. Sy PNS. karena Istri usaha apotek maka demi efisiensi usaha agar tidak mengontrak terus, kami memutuskan membeli rumah pinggir jalan yg selama ini kami kontrak utk apotek.
    Rumah toko yg kami cicil pake pinjaman bank selama 3 th ke depan. Pinjaman bank itu bagaikan malaikat maut yg senantiasa menghantui setiap bulan.
    Tidak ada keinginan dr istri untuk mengambil pinjaman ke bank lg untuk usaha.
    Usaha yg enak adalah tanpa mengambil pinjaman ke bank
    membeli properti juga akan enak jika memakai uang pribadi tanpa di hantui pinjaman bank

    Like

  78. Daniel Zhang says:

    Salah satu ajaran sang Bijaksana Lau Tze adalah INTREGRITAS tentang kehidupan mengupayakan segala suatu KEBUTUHAN disesuaikan KEPERLUAN dan demikian sebaliknya , apa yg diperlukan itu yg dibutuhkan . dan bukan bentuk KEINGINAN .
    Wejangan Beliau adalah bersifat Universal dan sangat mendasar serta melampaui ruang dan waktu .
    Didikan demikian secara turun menurun tanpa disadari menjadikan semacam disiplin .

    Persoalannya bukan Etnis Melayu atau Chines . tp pada tingkat kesadaran masing2 individu . Banyak contohnya kehidupan perantau dari Madura ke Jakarta . Usaha dan tempat tinggalnya terkesan kurang berkelas .
    tp di kampung halamannya dan mereka adalah laur biasa …

    Satu hal lagi soal sebutan Cina, Pribumi ,,, Itu “Hanyalah” sebuah sebutan
    sebagaimana mengikuti “leluhur” menyebutkannya …
    Andaikan kue disebut “Tai” dan tai itu disebut “kue” maka kita jg mengikutinya demikian ….
    Dalam sejarah Indonesia .. sebutan “China” menjadi “Cina” itu sengaja dibuat oleh penjajahan sebagai bentuk penghinaan pada Bumi Putera supaya
    ” memplesetkan ” etnis TiongHua dgn sebutan “Cina”.
    Karena penjajah itu paham bahwa “Lidah” BumiPutera sulit menyebut dengan benar … contohnya Batavia diucap jadi Betawi . dan masih banyak istilah lainnya yang “sulit” diucapkan BumiPutera …

    Like

  79. Graziani says:

    cara berpikirnya sangat cerdas, tdk spt orang pada umumnya bahwa rumah ya hanya utk tempat tinggal. Kalo di mrk, “tempat tinggal sekaligus utk berbisnis” sehingga keuntungannya dobel.

    Like

  80. fatnansh says:

    Saya pribumi asli dg latar belakang dr kel wiraswata, sebagian besar apa yg menjadi perdebatan dlm kontek diatas kata kuncinya hrs dpt berfikir secara bijak dan cerdas sekaligus dpt menumbuh kembangkan jiwa sederhana tidak berlebihan siapapun dan dari manapun asalnya.

    Like

  81. Udin v says:

    Bagus artekal x sengat membangun…
    Mudahan yg komen disini bisa beli roko semua.

    Like

  82. areel says:

    Sy suka gadis gadis cina,,

    Like

  83. phieah says:

    Mmg bener tuh,,,,,, siip
    Yang penting bisnis dulu yang lain nyusul kl udah sukses

    Like

  84. fatnansh says:

    INTINYA BERFIKIR CERDAS , KERJA KERAS MELIHAT dan MEMOTIVASI DIRI KITA MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA .. SALAM

    Like

  85. Koko Uton Sumarna says:

    Mantap gan analisis nya ane setuju banget dngn analisisnya.
    100 % perfect. Mohon ijin nanti ane tambahkan ke blog ane, ane juga mohon ijin share artikel nya gan.

    Like

  86. Pingback: Mengapa Orang Cina Lebih Senang Tinggal di Ruko? | Gambar-Rumah-Idaman.com

Leave a comment