Personal Cashflow Mastery

Cashflow Keluarga SehatApapun aktivitas ekonomi yang kita lakukan tidak terlepas dengan uang tunai. Mau ganti handphone butuh uang, bayar sekolah anak pakai uang, menjadi anggota klub kebugaran butuh uang, beli paket data butuh uang, mau umroh butuh uang, beli tanah/tumah butuh uang.

Betapa banyak kebutuhan kita akan uang menyebabkan perlunya pengendalian uang tunai. Pentingnya kemampuan mengatur arus kas uang tunai ini menjadi sangat penting dan menjadi kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh setiap individu/keluarga sebelum meningkat ke kompetensi lain seperti merencanakan tujuan finansial hingga bisnis/investasi.

Tulisan kali ini akan menjelaskan prinsip-prinsip dasar mengatur arus kas yang sehat dalam sebuah keluarga seperti yang disajikan pada infografis.

Kita bisa menghasilkan uang dari hasil bekerja berupa gaji, tunjangan, honor. Bagi pebisnis selain dari gaji biasanya akan mendapatkan deviden. Bagi investor yang mencairkan hasil investasi juga akan menghasilkan uang.

Seluruh hasil yang sudah berwujud uang tadi akan disimpan dalam rekening di bank atau dipegang tunai (dalam dompet). Dalam infografis no. 1 diilustrasikan seluruh uang kas yang diterima disimpan dalam satu wadah besar yang namanya Uang Tunai. Semakin penuh wadah ini tentu saja semakin bagus, yang berarti kita akan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang hendak dibayar.

Dari wadah besar Uang Tunai, maka kita akan mengaliri wadah-wadah lain di bawahnya. Prioritas pertama yang perlu dialiri adalah Cicilan Hutang (jika kita sedang memiliki hutang). Mengapa hutang yang menjadi prioritas utama?Karena membayar hutang merupakan wujud dari komitmen kita kepada pihak yang telah membantu kita memberi pinjaman. Menjaga komitmen berarti membangun kredibilitas kita. Adapun ketentuan jumlah hutang/cicilan yang disarankan adalah maksimal 30% dari total penghasilan kita. Jadi bila penghasilan kita 10 juta, berarti maksimal cicilan hutang jangan lebih dari 3 juta.

Proritas kedua setelah membayar cicilan hutang adalah mengisi wadah “Tabungan”. Jika cicilan hutang adalah wujud komitmen dan kredibilitas, maka Tabungan adalah menyiapkan masa depan finansial. Artinya orang yang tidak punya tabungan berarti tidak menyiapkan masa depan finansial alias Madesu (Masa depan suram). Orang yang tidak punya Tabungan berarti hidupnya hanya berkutat pada hari ini saja/jangka pendek.

Ada dua kebutuhan yang akan dipenuhi oleh tabungan. Pertama adalah sebagai dana taktis/cadangan/darurat dan kedua untuk keperluan investasi (wadah nomor 4). Memiliki dana taktis/cadangan (dalam bentuk tunai) adalah prioritas utama yang wajid dimiliki setiap keluarga. Profesional financial planner menyarankan ketersediaan dana tunai untuk cadangan adalah berdasarkan dari rata-rata pengeluaran bulanan. Sebagai contoh suami istri dengan dua orang anak, maka idealnya memiliki dana cadangan sebesar 12 kali pengeluaran bulanan. Jadi misalnya pengeluaran bulanan 4 juta maka idealnya memiliki dana cadangan sebanyak 48 juta yang siap digunakan sewaktu-waktu. Tabel di bawah ini bisa dijadikan acuan dalam penyediaan dana cadangan.

Dana Cadangan

Berapa sih yang perlu ditabung secara rutin? Jika sedang punya cicilan hutang, maka minimal usahakan 10% dari total penghasilan. Jadi kalau penghasilan 10 juta, maka wajib menabung 1 juta. Jika sedang tidak punya utang, maka menabung bisa tingkatkan menjadi 20% dari penghasilan.

Salah satu kekuatan dan kerennya punya dana cadangan ini adalah kita secara tidak langsung/sadar berarti telah membuat “Bank Pribadi”. Karena dengan memiliki bank pribadi ini kita bisa leluasa dan nyaman untuk menggunakannya jika diperlukan dalam kondisi mendesak/darurat. Mau ganti gadget yang hilang, laptop yang rusak, umroh dengan tenang bisa kita bayar secara tunai, tanpa was-was harus berhutang sana sini.

Baca juga: Inilah Akibatnya Bila Tidak Memiliki Dana Cadangan

Selain untuk memenuhi dana cadangan, Tabungan juga digunakan untuk memenuhi keperluan Investasi. Sehingga selain 10% atau 20% untuk tabungan, maka ditambah lagi 10% dari total penghasilan untuk keperluan investasi. Sehingga minimal 20% yang harus dialokasikan ke Tabungan dan Investasi jika kita sedang punya hutang dan 30% jika sedang tidak punya hutang. Sehingga jika penghasilan 10 juta, maka sudah tentu membiasakan menabung minimal sebesar 2-3 juta secara rutin.

Jika kita telah menyiapkan dana segar di wadah Investasi, maka kita akan mudah dan jeli dalam berinvestasi ketika ada peluang-peluang yang menarik seperti tawaran untuk berbisnis, membeli properti, reksadana dan lain sebagainya. Kita tidak lagi terlalu menggantungkan diri dengan hutang, karena sudah menyiapkan dana untuk berinvestasi. Kelak, ketika hasil investasi kita sudah mulai menghasilkan, maka hasilnya bisa mengalir deras ke wadah “Uang Tunai” untuk memenuhi keperluan-keperluan yang selama ini mungkin masih mengandalkan gaji/tunjangan/honor dan seterusnya.

Baca juga: Prinsip Sejati untuk Benar-Benar Menjadi Kaya

Dua wadah terakhir yang akan dialiri Uang Tunai adalah pengeluaran Primer dan Sekunder. Kebutuhan membayar listrik, SPP, pulsa, BBM, makan, rumah tangga, buku, dan lain sebagainya maksimal 50% dari penghasilan jika sedang punya hutang dan 70% jika tidak punya hutang. Jadi kalau penghasilan 10 juta, maka maksimal 5-7 juta yang diperkenankan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Karena sifatnya maksimal, maka tentu saja semakin bisa dikurangi tentu saja lebih bagus. Sebagai contoh jika sedang tidak punya hutang, jika kita bisa menekan dari 7 juta menjadi 6-5 juta maka tentu saja selisih 1-2 juta bisa kita alokasikan ke wadah Tabungan & Investasi. Tentu saja ini strategi yang cerdas karena orang sukses finansial selalu fokus pada tabungan dan investasi.

(Update! Mulai 1 Januari 2017 MyFamily Accounting sudah merilis versi web dan Android secara gratis. Silakan register di www.cashoop.com)

Demikianlah aliran kas keuangan keluarga yang sehat yang perlu dikuasai dan kita kendalikan. Urutan-urutannya perlu diikuti dan dijalankan dengan disiplin. Sedangkan untuk angka/persentase itu merupakan kaji banding (benchmark)/patokan agar memudahkan kita dalam memacu atau mengerem kecepatan arus kas. Sehingga kita tahu batas minimal dan maksimalnya.

******

About MyFamily Accounting

Blog ini didedikasikan khusus untuk membahas lengkap tentang pengelolaan keuangan keluarga secara profesional. Selain itu juga dibahas juga produk software/piranti lunak MyFamily Accounting a.k.a Cashoop asli buatan anak negeri yang sangat membantu dan memudahkan seluruh keluarga dalam mengelola keuangan keluarganya. Sehingga hadirnya blog ini selain memberikan ilmu tentang manajemen keuangan keluarga, juga ada alat pendukung dalam praktek mengelola keuangan keluarga tersebut. Langsung coba aplikasi versi Web & Android secara gratis di www.cashoop.com. Semoga literasi finansial masyarakat Indonesia terus dan semakin meningkat..! Terima kasih Email : ardian2007@gmail.com
This entry was posted in Kecerdasan Finansial, Keuangan, Keuangan Keluarga. Bookmark the permalink.

5 Responses to Personal Cashflow Mastery

  1. wadiyo says:

    Ketika kondisi minim sekali,
    apa saja yang harus diprioritaskan ya?
    terima kasih

    Like

    • kalau yg minim adalah uang kas/tunai, maka mau tidak mau mesti ditambah lagi penghasilannya atau sumber2 lain. Kalau yg minim adalah jumlah utang, tentu pertanda bagus. Kalau yg minim tabungan & investasi, berarti alokasinya ditambah. Kalau yg minim pengeluaran tentu bagus juga 🙂

      Like

  2. Pingback: Persiapan Mengatur Keuangan Keluarga di Awal Tahun | MyFamily Accounting – Cashoop

  3. Pingback: Mengenal Dashboard Cashoop – Cashoop – Aplikasi Keuangan Keluarga

  4. Pingback: Anggaran – Cashoop – Aplikasi Keuangan Keluarga

Leave a comment